“Titah besok balik kuliah mau dianter ke ngawi atau ke
gubeng Surabaya?”
“teserah papa aja, yang menurut papa paling ringan dan gak
terlalu ngerepotin.”
“kalo buat anak gadis apa sih yang enggak. :)”
Singkat cerita aku memilih untuk diantar ke ngawi aja,
jaraknya mungkin lebih jauh tapi kalau naik bis lebih murah dan lebih cepat. Sampailah
kita di RM duta, tempat pemberhentian bus yang biasa aku naiki.
15 menit, 20 menit, 30 menit….. semua bis yang berhenti
full, karena memang itu lagi arus balik long weekend.
“udah ayo tak anter ke solo aja, ga mungkin ada bis ini.”
“jangan pa, jauh nanti papa capek kan besok kerja”
“gak papa, tak anggep rekreasi. Udah ayo.”
Tidak hanya sampai disitu, setelah sampai di kos-kosanku
papa gak istirahat dulu tapi langsung balik Tuban biar gak kemaleman sampe
tuban. :'
Begitulah papa, yang selalu bertanggung jawab atas keamanan
dan kenyamanan putrinya. Yang selalu rela mengorbankan apapun untuk putrinya.
Belakangan setelah belajar dan menaji hakikat orang tua
lebih dalam. Aku benar-benar baru menyadari bahwa setiap langkah kecil, setiap
detik yang aku lakukan di muka bumi ini akan dipertanggungjawabkan oleh Ayah. Bahwa
anak perempuan seorang ayah merupakan harta yang paling berharga, yang paling
mudah menyeret ayah kedalam neraka namun ketika anak perempuannya merupakan
anak yang salihah maka dengan mudah pula ayah dapat memasuki JannahNya.
Dan ketika aku flashback ke belakang, Astaghfirullahaladzim,
aku menyalahgunakan hijabku sebagai fashion, aku tidak menjaga auratku dengan
baik serta menghamburkan uang ayah untuk membeli make up demi terlihat cantik
di hadapan orang lain, dan yang paling membuatku menyesal adalah aku sangat
dekat dengan zina karena pacaran.
Dear papa, papa terbaik terhebat dan ter-----tidak
terdefinisikan sifat kepahlawanannya untuk putrinya. Mendengar cerita dari mama
tentang perjuangan-perjuangannya mendapatkan rezeki yang halal untuk
keluarganya, terseok-seok dalam perjalanan karirnya, terdzolimi sana sini
karena memegang teguh akidah dalam bekerja. Ketika keluarga kita benar-benar
dinilai rendah oleh orang lain, dengan kebesaran hatinya, papa tetap memilih
jalan yang lurus untuk menggapai ridhonya. "Demi keluarga kecil yang akan beliau pertanggungjawabkan di Akhirat kelak."
Dan aku? Pacaran, tidak amanah terhadap uang, kadang merasa
terdzolimi dengan sifat papa yang sering tidak sejalan dengan karakterku, sok
gaul, tidak pernah mendoakan papa, selalu menomorsekiankan papa. And he still
loves me, pray for me, like I am the most valuable treasure in his world. Rasanya aku sangat
munafik karena selalu bilang “Aku sayang papa karena Allah”, tapi ku biarkan
papa disiksa oleh-Nya karena ulahku di dunia ini. :( :’(
Papa Insya Allah mulai detik ini, untukmu akan kututup aurat
ini, takkan ku dekati lagi zina itu, takkan kusalahgunakan uang darimu untuk
membeli barang yang tidak berfaedah. Memang berat, tapi akan kupaksakan diri
ini untukmu yang telah mengorbankan segalanya demi putrimu yang sangat Bathil ini.
Semoga papa mendapatkan salah satu 3 amalan yang tidak
terputus, yaitu doa anak salihah, meskipun aku masih jauh dari level salihah. Tapi
untukmu akan kupaksakan diri ini menjemput hidayah-Nya. Insya Allah :)
terimakasih my super hero, for all of these unconditionally love. let me save you <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar