Label

Jumat, 05 Mei 2017

Daddy and His Unconditionally Love

“Titah besok balik kuliah mau dianter ke ngawi atau ke gubeng Surabaya?”
“teserah papa aja, yang menurut papa paling ringan dan gak terlalu ngerepotin.”
“kalo buat anak gadis apa sih yang enggak. :)

Singkat cerita aku memilih untuk diantar ke ngawi aja, jaraknya mungkin lebih jauh tapi kalau naik bis lebih murah dan lebih cepat. Sampailah kita di RM duta, tempat pemberhentian bus yang biasa aku naiki.

15 menit, 20 menit, 30 menit….. semua bis yang berhenti full, karena memang itu lagi arus balik long weekend. 

“udah ayo tak anter ke solo aja, ga mungkin ada bis ini.”
“jangan pa, jauh nanti papa capek kan besok kerja”
“gak papa, tak anggep rekreasi. Udah ayo.”

Tidak hanya sampai disitu, setelah sampai di kos-kosanku papa gak istirahat dulu tapi langsung balik Tuban biar gak kemaleman sampe tuban. :'
Begitulah papa, yang selalu bertanggung jawab atas keamanan dan kenyamanan putrinya. Yang selalu rela mengorbankan apapun untuk putrinya.


Belakangan setelah belajar dan menaji hakikat orang tua lebih dalam. Aku benar-benar baru menyadari bahwa setiap langkah kecil, setiap detik yang aku lakukan di muka bumi ini akan dipertanggungjawabkan oleh Ayah. Bahwa anak perempuan seorang ayah merupakan harta yang paling berharga, yang paling mudah menyeret ayah kedalam neraka namun ketika anak perempuannya merupakan anak yang salihah maka dengan mudah pula ayah dapat memasuki JannahNya. 

Dan ketika aku flashback ke belakang, Astaghfirullahaladzim, aku menyalahgunakan hijabku sebagai fashion, aku tidak menjaga auratku dengan baik serta menghamburkan uang ayah untuk membeli make up demi terlihat cantik di hadapan orang lain, dan yang paling membuatku menyesal adalah aku sangat dekat dengan zina karena pacaran. 

Dear papa, papa terbaik terhebat dan ter-----tidak terdefinisikan sifat kepahlawanannya untuk putrinya. Mendengar cerita dari mama tentang perjuangan-perjuangannya mendapatkan rezeki yang halal untuk keluarganya, terseok-seok dalam perjalanan karirnya, terdzolimi sana sini karena memegang teguh akidah dalam bekerja. Ketika keluarga kita benar-benar dinilai rendah oleh orang lain, dengan kebesaran hatinya, papa tetap memilih jalan yang lurus untuk menggapai ridhonya. "Demi keluarga kecil yang akan beliau pertanggungjawabkan di Akhirat kelak."

Dan aku? Pacaran, tidak amanah terhadap uang, kadang merasa terdzolimi dengan sifat papa yang sering tidak sejalan dengan karakterku, sok gaul, tidak pernah mendoakan papa, selalu menomorsekiankan papa. And he still loves me, pray for me, like I am the most valuable treasure in his world. Rasanya aku sangat munafik karena selalu bilang “Aku sayang papa karena Allah”, tapi ku biarkan papa disiksa oleh-Nya karena ulahku di dunia ini. :( :’(

Papa Insya Allah mulai detik ini, untukmu akan kututup aurat ini, takkan ku dekati lagi zina itu, takkan kusalahgunakan uang darimu untuk membeli barang yang tidak berfaedah. Memang berat, tapi akan kupaksakan diri ini untukmu yang telah mengorbankan segalanya demi putrimu yang sangat Bathil ini.

Semoga papa mendapatkan salah satu 3 amalan yang tidak terputus, yaitu doa anak salihah, meskipun aku masih jauh dari level salihah. Tapi untukmu akan kupaksakan diri ini menjemput hidayah-Nya. Insya Allah :) 

terimakasih my super hero, for all of these unconditionally love. let me save you <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar